BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah
Kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan merupakan tujuan utama yang
ingin diwujudkan bagi setiap perusahaan. Segala aktivitas yang dilakukan untuk
mencapainya harus didukung oleh kondisi manajemen yang baik sebagai pengelola.
Selain dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi, manajemen juga dibutuhkan
untuk menjaga keseimbangan antara tujuan-tujuan, sasaran-sasaran, dan
kegiatan-kegiatan yang saling bertentangan dari pihak-pihak yang berkepentingan
dalam organisasi. Tujuan yang lain dari manajemen yaitu untuk mencapai
efisiensi dan efektivitas, yaitu dua konsepsi utama untuk mengukur prestasi
kinerja (performance) manajemen. Agar semua tujuan tersebut dapat tercapai maka
para manajer dituntut untuk memiliki kemampuan untuk menganalisis dan
menggunakan data akuntansi.
Berdasarkan penentuan harga pokok produk yang benar dari suatu produk akan
dapat mengurangi ketidakpastian dalam penentuan harga jual. Harga pokok produk
biasanya terdiri dari dua jenis biaya yaitu biaya produksi dan biaya non
produksi. Dalam penentuan harga pokok produk harus diperhatikan unsur-unsur
biaya apa saja yang masuk dalam harga pokok produk dan mengalokasikan
unsur-unsur biaya tersebut secara tepat sehingga dapat menggambarkan
pengorbanan sumber ekonomi yang sesungguhnya. Menurut Armanto Wijatsono (2006 :
25) mengemukakana bahwa : ” Harga pokok produksi adalah tata cara atau metode
penyajian informasi biaya produk dan jasa berdasarkan informasi dari sistem
akuntansi biaya dan sistem biaya ”.
Sehingga perhitungan harga pokok dilakukan dengan menjumlahkan seluruh
unsur biaya produksi, sedangkan harga pokok produksi per unit ditentukan dengan
membagi seluruh total biaya produksi dengan volume produksi yang dihasilkan
atau yang diharapkan akan dihasilkan. Cara seperti ini yang harus digunakan
apabila berhubungan dengan prinsip akuntansi, mempengaruhi baik jumlah harga
pokok produk maupun cara penyajiannya dalam laporan rugi laba. Dalam
memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi, terdapat dua
pendekatan yaitu full costing dan variabel costing. Full costing merupakan
metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya
produksi ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik baik yang berperilaku
variabel maupun tetap sedangkan variabel costing merupakan metode penentuan
harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku
variabel ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel.
1.2 Rumusan Masalah
Sebagaiamana yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah di atas,
maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana perhitungan Harga Pokok
Produksi berdasarkan Metode Full Costing
dan Variable Costing?
2. Bagaimana perhitungan Biaya Produksi
berdasarkan Metode Full Costing dan Variabel Costing?
3. Bagaimanakah perbandingan antara
perhitungan Metode Full Costing dengan Metode Variabel Costing?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Biaya
Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang di ukur dalam satuan uang,
yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.
Pemahaman mengenai biaya penting sekali karena penerapan biaya yang tepat dapat
digunakan untuk membantu proses perencanaan, pengendalian, dan pembuatan
keputusan ekonomi. Terdapat berbagai macam pengertian atau definisi biaya, yang
masing masing berbeda. Karena itu, tidak jarang terjadi perbedaan pengertian
definisi dan menyadari sepenuhnya betapa penting arti biaya tersebut dalam
menjalankan tujuan sehari-hari. Ketidaktepatan atau kesalahtafsiran biaya, bisa
berakibat pembuatan keputusan yang kurang tepat.
Menurut Mulyadi (2007: 24) definisi biaya dibagi atas dua yaitu
biaya dalam arti luas dan biaya dalam arti sempit. Dalam arti luas biaya
adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah
terjadi dan kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Sedangkan
dalam arti sempit, biaya diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi
untuk memperoleh aktiva.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya adalah
pengorbanan sumber daya ekonomi untuk
mencapai tujuan tertentu yang dapat memberikan manfaat bagi
perusahaan baik saat ini maupun di masa yang akan datang.
2.1.1 Penggolongan Biaya
Dalam akuntansi biaya, biaya dapat dikelompokan dalam berbagai macam
cara. Umumnya klasifikasi biaya ini
ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan tersebut. Penggolongan biaya
dapat dilakukan berdasarkan:
a) Biaya Berdasarkan Objek Pengeluaran
Dalam cara ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya.
Contoh : Biaya yang dikeluarkan untuk bahan bakar disebut dengan biaya
bahan bakar.
b) Biaya Berdasarkan Fungsi Pokok dalam
Perusahaan
Ø Biaya Produksi
Biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap
untuk dijual.
Ø Biaya Pemasaran
Biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk.
Ø Biaya Administrasi dan Umum
Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan
pemasaran produk.
c) Biaya Berdasarkan Hubungan Biaya
dengan suatu yang dibiayai
Ø Biaya Langsung
Biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu
yang dibiayai. Biaya langsung ini akan lebih mudah diidentifikasi dengan
sesuatu yang dibiayai.
Ø Biaya Tidak Langsung
Biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya
tidak langsung tidak mudah diidentifikasi dengan produk tertentu.
d) Biaya berdasarkan perilaku biaya dalam
hubungannya dengan Perubahan Volume Kegiatan
Ø Biaya Variabel
Biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume
kegiatan.
Ø Biaya Semi Variabel
Biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
Ø Biaya Semifixed
Biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan
jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.
Ø Biaya Tetap
Biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran volume kegiatan tertentu.
e) Biaya Berdasarkan Jangka Waktu
Manfaatnya
Ø Pengeluaran Modal (capital
Expenditure)
Biaya yang mempunyai manfaat lebih dari suatu periode akuntansi.
Ø Pengeluaran Pendapatan
(Revenue Expenditure)
Biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya
pengeluaran tersebut.
2.2 Biaya Produksi
Mulyadi (2010 : 16) menyatakan bahwa biaya produksi merupakan biaya-biaya
yang dikeluarkan dalam pengelolahan bahan baku menjadi produk. Biaya produksi
membentuk kos produksi, yang digunakan untuk menghitung cost produk jadi dan
cost produk yang pada akhir periode akuntansi masih dalam proses. Pengumpulan
cost produksi sangat ditentukan oleh cara produksi. Secara garis besar, cara
memproduksi produk dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu : produksi atas dasar
pesanan dan produksi massa atau proses. Perusahaan yang berproduksi berdasarkan
pesanan melaksanakan pengelolahan produknya atas dasar pesanan yang diterima
dari pihak luar. Contoh perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan antara
lain adalah perusahaan percetakan, perusahaan mebel, perusahaan dok kapal.
Perusahaan yang berproduksi berdasarkan produk massa melaksanakan pengolahan
produksinya untuk memenuhi persediaan digudang. Umumnya produknya berupa produk
standar. Contoh perusahaan yang berproduksi massa antara lain adalah perusahaan
semen, pupuk, makanan ternak, bumbu masakan, makanan ringan dan tekstil.
Perusahaan yang berproduksi berdasar pesanan, mengumpulkan cost produksinya
dengan menggunakan metode cost pesanan (job order cost method). Dalam metode
ini biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan cost produksi
per satuan produk yang dihasilkan untuk memenuhi pesanan tersebut dihitung
dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah
satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan. Metode penentuan cost produksi
adalah memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam cost produksi. Dalam memperhitungkan
unsur-unsur biaya ke dalam cost produksi, terdapat dua pendekatan yaitu full
costing dan variable costing.
Mulyadi (2010 : 24) menyatakan bahwa penentuan cost produksi dipengaruhi
oleh pendekatan yang digunakan untuk menentukan unsur-unsur biaya produksi yang
diperhitungkan dalam cost produksi. Dalam metode full costing biaya produksi
yang diperhitungkan dalam penentuan cost produksi adalah biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik, baik yang berprilaku
tetap maupun yang berprilaku variabel. Dalam metode variable costing, biaya
produksi yang diperhitungkan dalam penentuan kos produksi adalah hanya terdiri
dari biaya produksi variabel, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung dan overhead pabrik variabel.
2.3 Harga Pokok
Produksi
2.3.1 Pengertian Harga Pokok
Produksi
Harga pokok produksi meliputi keseluruhan bahan langsung, tenaga kerja
langsung, dan overhead pabrik yang dikeluarkan untuk memproduksi barang atau
jasa. Harga pokok produksi terdiri atas tiga komponen utama, yaitu :
1. Bahan baku langsung yang meliputi :
biaya pembelian bahan, potongan pembelian, biaya angkut pembelian, biaya
penyimpanan, dan lain-lain.
2. Tenaga kerja langsung yang meliputi
semua biaya upah karyawan yang terlibat secara langsung dalam proses pembuatan
bahan baku menjadi barang jadi atau barang yang siap dijual.
3. Biaya overhead pabrik meliputi semua
biaya-biaya diluar dari biaya perolehan biaya bahan baku langsung dan upah
langsung.
Mulyadi (2010:17) menyatakan bahwa metode penentuan harga pokok produksi
adalah cara perhitungan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi. Dalam
memperhitungkan unur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi terdapat dua
pendekatan yaitu full costing dan variabel costing. Full costing merupakan
metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya
produksi ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang yang
berperilaku variabel maupun tetap, dengan demikian harga pokok produksi menurut
full costing terdiri dari unsur biaya produksi.
Mulyadi ( 2010 : 18 ) menyatakan bahwa variabel costing adalah merupakan
metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi
yang berperilaku varaibel ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel.
Harga pokok produksi berfungsi sebagai dasar dalam menentukan harga jual. Untuk
menetapkan harga jual, penting bagi perusahaan untuk mengetahui besarnya biaya
yang dibutuhkan untuk memproduksi barang yang akan dijual. Biaya tersebut
sering disebut sebagai harga pokok produksi.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa harga pokok produksi merupakan
biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu barang atau jasa. Harga pokok
memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Harga pokok sebagai penetapan harga
jual.
Harga pokok merupakan hal penting yang perlu diketahui oleh perusahaan
karena harga pokok dapat memberikan pengaruh terhadap penentuan harga jual
produk tertentu.
2. Harga pokok sebagai dasar penetapan
laba.
Apabila perusahaan telah membuat perhitungan harga pokok maka perusahaan
dapat menetapkan laba yang diharapkan yang akan mempengaruhi tingkat harga jual
suatu produk tertentu.
3. Harga pokok sebagai dasar penilaian
efisiensi.
Harga pokok dapat dijadikan dasar untuk mengontrol pemakaian bahan, upah
dan biaya produksi tidak langsung. Hal ini dapat dilakukan dengan menetapkan
harga pokok standar terlebih dahulu dan kemudian membandingkan dengan harga
pokok yang aktual atau yang sebenarnya terjadi. Apakah terdapat selisih antara
perhitungan kedua harga pokok tersebut, apabila ada selisih negatif berarti
proses produksi yang dilaksanakan belum efisien dan perusahaan perlu
menngetahui penyebab terjadinya selisih
tersebut, sehingga dapat diambil tindakan koreksi untuk memperbaiki kesalahan
tersebut sedangkan bila ada selisih positif maka perlu ditelusuri terlebih
lanjut atas selisih tersebut apakah karena perusahaan telah menjalankan proses
produksi secara efisien atau perhitungan harga pokok standar yang
kurang tepat.
4. Harga pokok sebagai dasar pengambilan
berbagai keputusan manajemen. Harga pokok merupakan suatu pedoman penting
sekaligus sebagai suatu dasar untuk pengambilan keputusan khusus perusahaan,
misalnya:
a. Menetapkan perubahan harga
penjualan.
b. Menetapkan penyesuaian proses
produksi.
c. Menetapkan strategi persaingan
di pasaran luas.
d. Merencanakan ekspansi perusahaan.
e. Pengambilan keputusan-keputusan khusus manajemen, seperti apakah akan
membeli atau membuat sendiri suatu suku cadang, apakah menerima suatu pesanan
khusus dengan harga khusus atau tidak.
2.3.2 Unsur-Unsur Harga Pokok
Produksi
Menurut beberapa ahli terdapat 3(tiga) unsur-unsur harga pokok produksi.
Mengacu pada pendapat Rayburn (1999), unsur-unsur harga pokok produksi terdiri
dari:
1) Bahan Langsung (Direct Material)
Adalah setiap bahan baku yang menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
produk jadi. Sebagai contoh, dalam membuat pakaian pria, kain merupakan bahan
langsung.
2) Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct
Labor Cost)
Adalah upah yang diperoleh pekerja yang mengubah bahan dari keadaan mentah
menjadi produk jadi. Sebagai contoh, upah yang dibayarkan kepada pekerja pabrik
pakaian yang memotong kain dan menjahit hasil potongan tersebut adalah biaya
tenaga kerja langsung.
3) Overhead Pabrik
Terkadang biaya ini disebut sebagai overhead produksi (manufacturing
overhead) atau beban pabrik
(factory burden). Overhead pabrik mencakup semua biaya
produksi selain bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Penekanannya disini
adalah pada istilah biaya produksi. Sebagai contoh, upah pengendali persediaan
adalah overhead pabrik. Namun, gaji seorang tugas penjualan merupakan beban
pemasaran. Contoh-contoh overhead pabrik terdiri dari:
a. Bahan tidak langsung (indirect
materials), yaitu perlengkapan operasi, reparasi, dan kebersihan yang digunakan
dalam pabrik. Bahan tidak langsung bisa juga termasuk jenis-jenis biaya bahan
yang kecil dan tidak signifikan di mana biaya bahan itu relatif kecil
dibandingkan dengan semua biaya bahan baku lainnya, seperti benang yang
digunakan dalam menjahit pakaian.
b. Biaya tenaga kerja tidak
langsung (indirect labor), yaitu pengawas pabrik dan pekerja terlatih lainnya
serta tidak terlatih lainnya, seperti pesuruh, petugas reparasi, dan pengawas
yang secara nyata tidak mengerjakan produk dan hasil usaha mereka tidak mudah ditelusuri
ke produk jadi.
c. Biaya lainnya diluar biaya
bahan tidak langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung, seperti, biaya
sewa, pajak, asuransi, penyusutan atas fasilitas pabrik dan tenaga listrik yang
digunakan dalam fasilitas pabrik.
2.3.3 Metode Penentuan Harga
Pokok Produksi
Menurut Mulyadi (2007: 18) metode penentuan harga pokok produk adalah
menghitung semua unsur biaya kerja dalam harga pokok produksi. Ada dua jenis
utama dalam membebankan biaya ke produk. Kedua jenis tersebut adalah:
1. Metode penentuan Harga Pokok Pesanan
(Job Order Costing)
Supriyono (1987: 217) menyebutkan metode harga pokok pesanan adalah metode
pengumpulan Harga Pokok Produksi yang biayanya dikumpulkan untuk setiap pesanan
atau kontrak atau jasa secara terpisah, dan setiap pesanan atau kontrak dapat
dipisahkan identitasnya. Proses produksi akan dimulai setelah ada pesanan dari
langganan melalui dokumen pesanan penjualan yang memuat jenis dan jumlah produk
yang dipesan, spesifikasi pesanan, tanggal pesanan diterima dan harus
diserahkan. Pesanan penjualan merupakan dasar kegiatan produksi perusahaan.
Pada metode ini, yang menjadi obyek biaya (Cost Object) adalah unit produk
individual, batch, atau kelompok produk dalam satu job.
2. Metode penentuan Harga Pokok Proses
Supriyono (1987: 217) menyebutkan metode harga pokok proses adalah metode
pengumpulan Harga Pokok Produksi yang biayanya dikumpulkan untuk setiap satuan
waktu tertentu. Pada metode ini perusahaan menghasilkan produk yang homogen dan
jenis produk bersifat standar. Ada dua metode yang umum di gunakan yaitu metode
weighted average cost dan metode First In First Out (FIFO).
Ketidaktepatan dalam perhitungan Harga Pokok Produksi membawa dampak yang
merugikan bagi perusahaan, karena Harga Pokok Produksi berfungsi sebagai dasar
untuk menetapkan harga jual dan laba, sebagai alat untuk mengukur efisiensi
pelaksanaan proses produksi serta sebagai dasar untuk pengambilan keputusan
bagi manajemen perusahaan.
Dalam menghitung unsur-unsur biaya pada harga pokok produksi terdapat
beberapa pendekatan yaitu metode full costing dan variable
costing. Mulyadi (1990 : 377) menyatakan “metode full costing maupun
variable costing merupakan metode penentuan harga pokok
produk”. Perbedaan pokok yang ada diantara kedua metode tersebut
adalah terletak pada perlakuan terhadap biaya produksi yang berperilaku tetap.
Penentuan harga pokok adalah bagaimana memperhitungkan biaya kepada suatu
produk atau pesanan atau jasa, yang dapat dilakukan dengan cara memasukan seluruh
biaya produksi atau hanya memasukan unsur biaya produksi variabel saja. Mengacu
pada pendapat Bastian dan Nurlela (2006), terdapat dua metode dalam penentuan
biaya tersebut yaitu:
a. Metode Full Costing
Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang
menghitung semua unsur biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Harga pokok produksi
menurut metode full costing terdiri dari unsur-unsur biaya produksi sebagai berikut:
Persediaan
awal xxx
Biaya
bahan
baku xxx
Biaya
tenaga kerja
langsung xxx
Biaya
overhead pabrik
variabel xxx
Biaya
overhead pabrik
tetap xxx
+
Total
biaya
produksi xxx
Persediaan
akhir (xxx)
Harga
pokok produksi xxx
|
Dalam metode full costing, overhead pabrik, baik yang berperilaku tetap
maupun variabel, dibebankan kepada produk yang diproduksi atas dasar tarif yang
telah ditentukan pada kapasitas normal atau atas dasar overhead pabrik
sesungguhnya. Oleh karena itu, overhead pabrik tetap akan melekat pada harga
pokok persediaan produk dalam proses dan persediaan produk jadi yang belum laku
dijual dan baru dianggap sebagai biaya ( unsur harga pokok penjualan) apabila
produk jadi tersebut telah terjual.
b. Metode Variable Costing
Variabel costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya
menghitung biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok
produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan
biaya overhead pabrik variabel. Metode variabel costing terdiri dari
unsur-unsur biaya produksi sebagai berikut:
Persediaan
awal xxx
Biaya
bahan
baku xxx
Biaya
tenaga kerja
langsung xxx
Biaya
overhead pabrik
variabel xxx +
Total
biaya
produksi xxx
Persediaan
akhir (xxx)
Harga
pokok
produksi xxx
|
Dalam metode variabel, overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai period
costs dan bukan sebagai unsur harga pokok produk, sehingga overhead pabrik
tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya. Dengan demikian
overhead pabrik tetap didalam metode variable costing tidak melekat pada
persediaan produk yang belum laku dijual, tetapi langsung dianggap sebagai
biaya dalam periode terjadinya.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Perhitungan Harga
Pokok Produksi
Dari pembahasan jurnal Sitty R. Lasena (ISSN 2303-1174), Setiap harinya
perusahaan mengolah kurang lebih 70.000 butir kelapa yang dibeli
dari pemasok dengan harga Rp 900/butir.
a) Laporan Harga Pokok Produksi dengan metode Full
Costing
Full Costing
Bahan
Langsung Rp 18.346.680.000
Tenaga Kerja
Langsung 1.685.053.600
Overhead Pabrik
Variabel
1.588.535.000
+
Total
Biaya Produksi Variabel Rp 21.620.268.600
Overhead
Pabrik tetap
46.094.000
+
Harga
Pokok Produksi Rp 21.666.362.600
|
b)
Penentuan Harga
Pokok Produksi dengan menggunakan Variabel Costing pada PT.
Dimembe Nyiur Agripro
Variable Costing
Bahan
Langsung
Rp 18.346.680.000
Tenaga
Kerja
Langsung 1.685.053.600
Overhead
Pabrik Variabel 1.588.535.000
+
Total
Harga Pokok Produksi Variabel Rp 21.620.268.600
|
c) Harga Pokok Produksi yang dihitung Berdasarkan
Metode Full Costing dan Variabel Costing
Keterangan
|
Full Costing
|
Variabel Costing
|
Biaya Bahan Langsung
|
Rp.18.346.680.000
|
Rp. 18.346.680.000
|
Biaya Tenaga Kerja Langsung
|
1.685.053.600
|
1.685.053.600
|
BOP
Variabel
|
1.588.535.000
|
1.588.535.000
|
Total HPP Variabel
|
Rp. 21.620.268.600
|
Rp. 21.620.268.600
|
Biaya Overhead Pabrik Tetap
|
46.094.000
|
|
Harga Pokok Produksi
|
Rp. 21.666.362.600
|
|
Sumber: Analisis Penulis
Dari data tabel di atas terdapat selisih perhitungan metode full
costing sebesar Rp. 46.094.000,- dengan metode variabel
costing. Pada metode full costing dihitung terkait
biaya-biaya variabel maupun biaya tetap, sedangkan pada metode variabel
costing hanya menggunakan biaya variabel saja.
3.2 Perhitungan Biaya
Produksi
Dari hasil pembahasan jurnal Christy Oentoe (ISSN 2303-1174 ) dalam
penelitiannya di Perusahaan Roti Jordan, “terdapat adanya pesanan khusus yang
diterima perusahaan”. Maka penggolongan biaya atas dasar perilaku-perilaku
biaya yang ada didalam perusahaan selayaknya harus digunakan. Biaya-biaya yang
ada didalam perusahaan Roti Jordan terbagi atas tiga golongan besar, yaitu :
a. Bahan Langsung
Biaya bahan langsung untuk memproduksi roti tidak begitu banyak macam dan
biaya-biaya tersebut terdiri atas: tepung, gula, coklat, telur, mentega dan
ragi. Berikut ini adalah harga dan pemakaian bahan baku dalam satu bulan
Perusahaan Roti Jordan :
Bahan Baku
|
Harga
|
Total perbulan
|
Total (dalam rupiah)
|
|
Tepung
|
152.000/25kg
|
1500 sak
|
197.600.000
|
|
Gula
|
615.000/50kg
|
210 sak
|
129.150.000
|
|
Coklat
|
544.000/20kg
|
563 dos
|
306.272.000
|
|
Telur
|
30.000/30btr
|
500 baki
|
15.000.000
|
|
Mentega
|
185.000/15kg
|
300 dos
|
55.500.000
|
|
Ragi
|
1.300/bungkus
|
6500 bungkus
|
8.450.000
|
|
Total
|
|
|
711.972.000
|
|
b. Biaya tenaga kerja langsung
Menurut Perusahaan Roti Jordan dalam penelitian Christy Oentoe (2013),
upah langsung adalah jumlah keseluruhan upah yang dibayarkan kepada karyawan
yang bekerja dibagian produksi mulai dari pengolahan bahan baku sampai menjadi
barang jadi. Besarnya tarif upah ditentukan menurut kebijakan perusahaan.
Dan perusahaan mengambil kebijakan untuk memberikan upah pada karyawan Rp
50.000/hari.
Jumlah tenaga kerja = 60 orang
Status karyawan = karyawan tetap 8 orang dan kontrak 52 orang
Pada perusahaan roti Jordan terdapat 60 orang tenaga kerja, dan 45 orang
diantaranya merupakan tenaga kerja langsung. Sedangkan upah untuk tenaga kerja
langsung ini dihitung tiap harinya, dan upah perhari tenaga kerja langsung
sebesar Rp 50.000 per orang. Untuk itu biaya tenaga upah perbulan adalah :
Upah perhari x jumlah hari kerja dalam sebulan
Rp 50.000 x 26
hari =
Rp 1.300.000
Jadi, untuk biaya tenaga kerja langsung perbulannya adalah :
45 orang x Rp 1.300.000
= Rp 58.500.000
Upah perbulan 15 orang tenaga kerja tidak langsung sebagai berikut :
Manajer :
Rp 3.500.000
Kabag :
Rp 2.500.000 x 5 orang = Rp
12.500.000
Karyawan :
Rp 50.000/hari
Rp 50.000 x 26
hari =
Rp 1.300.000
Rp 1.300.000 x 8 karyawan = Rp 10.400.000
Jadi upah tenaga kerja tidak langsung selama satu bulan adalah :
Upah Manajer + Upah Kabag + Upah Karyawan
Rp 3.500.000 + Rp 12.500.000 + Rp
10.400.000 =
Rp 26.400.000
c. Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik yang ada pada Perusahaan Roti Jordan adalah
biaya-biaya bahan pembantu seperti kantong pembungkus roti (paper pack),
plastik pembungkus, biaya listrik, telepon, bahan bakar, air, perlengkapan
pabrik, pemeliharaan pabrik.
Biaya Overhead Pabrik
|
Tetap
|
Variabel
|
Total
|
Bahan tidak langsung
|
|
2.900.700
|
2.900.700
|
Upah tenaga kerja tidak langsung
|
26.400.000
|
|
26.400.000
|
Perlengkapan pabrik
|
20.833.333
|
|
20.833.333
|
Listrik
|
|
3.763.500
|
3.763.500
|
Bahan bakar
|
|
8.104.000
|
8.104.000
|
Air
|
|
420.000
|
420.000
|
Telepon
|
|
605.000
|
605.000
|
Penyusutan/perbaikan mesin
|
107.083,3
|
|
107.083,3
|
Asuransi
|
2.411.500
|
|
2.411.500
|
Total
|
49.751.916
|
15.793.200
|
65.545.116
|
Sumber : Data Perusahaan
Jadi, Biaya overhead pabrik dalam satu bulan produksi adalah
Rp 65.545.116
3.2.1 Perhitungan Biaya
Produksi Berdasarkan Pendekatan Full Costing
Full costing merupakan metode penentuan Biaya produksi yang menghitung
semua unsur biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead
baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Pada perusahaan roti Jordan,
perusahaan menggunakan perhitungan biaya produksi yang terperinci. Dalam hal
ini perusahaan membebankan semua unsur biaya produksi dengan berdasarkan biaya
yang terjadi sesungguhnya.
Berikut ini adalah penentuan Biaya Produksi berdasarkan perhitungan metode full costing :
Berikut ini adalah penentuan Biaya Produksi berdasarkan perhitungan metode full costing :
Perhitungan Berdasarkan Metode Full Costing
Biaya Bahan
Langsung Rp 711.972.000
Biaya Tenaga Kerja
Langsung Rp 58.500.000
Biaya Overhead Pabrik
Variabel Rp 15.793.200
Biaya Overhead Pabrik
tetap Rp 49.751.916
Total Biaya
Produksi Rp 836.017,116
3.2.2 Perhitungan Biaya Produksi
Berdasarkan Pendekatan Variable Costing
Dalam menentukan biaya produksi yang ada dalam perusahaan Roti Jordan hanya
membebankan unsur-unsur biaya produksi yang bersifat variabel saja. Adapun
unsur-unsur biaya variabel itu adalah biaya bahan langsung, biaya upah
langsung, dan biaya overhead variabel. Pemebebanan biaya produksi tersebut
dilakukan berdasarkan biaya historis atau biaya yang sesungguhnya terjadi.
Berdasarkan teori yang ada, baiaya variabel pabrik sebaiknya dibebankan
berdasarkan tarif biaya overhead yang telah ada, karena tidak mungkin mengukur
biaya overhead variabel dengan tepat yang harus di bebankan terhadap suatu
produk. Selain itu, dengan menggunakan tarif biaya overhead yang telah ada,
maka dapat disusun standar dan anggaran biaya untuk keperluan pengawasan dan
efisiensi kerja.
Pengalokasian biaya overhead menurut teori yang ada. Dari hasil analisa
yang telah dilakukan maka berikut ini penulis akan membandingkan antara
perhitungan biaya produksi full costing diatas dengan menggunakan metode
variable costing.
Perhitungan Berdasarkan Metode Variable Costing
Perhitungan Berdasarkan Metode Variable Costing
Biaya Bahan
Langsung Rp 711.972.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Rp 58.500.000
Biaya Overhead Pabrik
Variabel Rp 15.793.200
Total Biaya Produksi
Variabel
Rp
786.265.200
3.2.3 Perbandingan Biaya
Produksi Berdasarkan Metode Full Costing dan Metode Variabel Costing
Keterangan
|
Full Costing
|
Variable costing
|
Bahan langsung
|
711.972.000
|
711.972.000
|
Tenaga kerja langsung
|
58.500.000
|
58.500.000
|
Overhead Pabrik Variabel
|
15.793.200
|
15.793.200
|
Overhead Pabrik Tetap
|
49.751.916
|
|
Total
|
836.017.116
|
786.265.200
|
Berdasarkan Perhitungan diatas didapatkan hasil perbandingan yang berbeda
antara perhitungan berdasarkan metode full costing dengan variabel costing.
Perhitungan dengan menggunakan full costing di dapatkan hasil per bulannya
sebesar Rp. 836.017.116 sedangkan menggunakan perhitungan variable costing di
dapatkan hasil per bulannya Rp.786.265.200 .
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari perbandingan jurnal diatas “ antara perhitungan
Harga Pokok Produksi dan Biaya Produksi menggunakan metode full costing dan
variable costing ” maka penyusun dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan perhitungan dari
pembahasan jurnal Sitty R. Lasena terdapat selisih perhitungan metode full
costing sebesar Rp. 46.094.000,- dengan metode variabel
costing.
2. Berdasarkan perhitungan metode variable
costing yang telah dibuat oleh Christy Oentoe, didapatkan hasil yang
berbeda dengan perhitungan menggunakan metode full costing. Dari perhitungan
dengan pendekatan variable costing diperoleh total biaya
produksi sebesar Rp 786.265.200 lebih rendah dibandingkan perhitungan yang
menggunakan pendekatan full costing, yaitu sebesar Rp 836.017.116.
3. Dari hasil pembahsan diatas perbedaan
utama antara perhitungan full costing dengan perhitungan variable
costing yaitu terletak pada perlakuan biaya overhead pabrik.
Perhitungan berdasarkan pendekatan full costing menggunakan perhitungan
biaya overhead pabrik tetap dan variable sedangkan
metode variable costing hanya menghitung biaya overhead variabel
saja.
4. Dari perbandingan diatas, maka
perusahaan sebaiknya memilih menggunakan perhitungan berdasarkan metode variable
costing, karena dalam metode variable costing ini yang
dihitung hanya semua biaya yang berkaitan dalam proses produksi, sedangkan
dalam perhitungan metode full costing semua biaya dihitung.
+ komentar + 2 komentar
Bermanfaat sekali, trimakasih
Saya ingin berbagi kesaksian tentang bagaimana layanan pendanaan Le_Meridian membantu saya dengan pinjaman 2.000.000,00 USD untuk membiayai proyek pertanian ganja saya, saya sangat berterima kasih dan saya berjanji untuk membagikan perusahaan pendanaan yang sah ini kepada siapa pun yang mencari cara untuk memperluas bisnisnya project.the company adalah perusahaan pendanaan UK / USA. Siapa pun yang mencari dukungan keuangan harus menghubungi mereka di lfdsloans@outlook.com Atau lfdsloans@lemeridianfds.com Bpk. Benjamin juga menggunakan whatsapp 1-989-394-3740 untuk mempermudah segala pemohon.
Posting Komentar