Headlines News :
Home » , » Perhitungan HPP dan Biaya Produksi Berdasarkan Metode Full Costing dan Variable Costing

Perhitungan HPP dan Biaya Produksi Berdasarkan Metode Full Costing dan Variable Costing

Written By Unknown on Kamis, 21 November 2013 | Kamis, November 21, 2013




BAB I
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang Masalah
Kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan merupakan tujuan utama yang ingin diwujudkan bagi setiap perusahaan. Segala aktivitas yang dilakukan untuk mencapainya harus didukung oleh kondisi manajemen yang baik sebagai pengelola. Selain dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi, manajemen juga dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan-tujuan, sasaran-sasaran, dan kegiatan-kegiatan yang saling bertentangan dari pihak-pihak yang berkepentingan dalam organisasi. Tujuan yang lain dari manajemen yaitu untuk mencapai efisiensi dan efektivitas, yaitu dua konsepsi utama untuk mengukur prestasi kinerja (performance) manajemen. Agar semua tujuan tersebut dapat tercapai maka para manajer dituntut untuk memiliki kemampuan untuk menganalisis dan menggunakan data akuntansi.
Berdasarkan penentuan harga pokok produk yang benar dari suatu produk akan dapat mengurangi ketidakpastian dalam penentuan harga jual. Harga pokok produk biasanya terdiri dari dua jenis biaya yaitu biaya produksi dan biaya non produksi. Dalam penentuan harga pokok produk harus diperhatikan unsur-unsur biaya apa saja yang masuk dalam harga pokok produk dan mengalokasikan unsur-unsur biaya tersebut secara tepat sehingga dapat menggambarkan pengorbanan sumber ekonomi yang sesungguhnya. Menurut Armanto Wijatsono (2006 : 25) mengemukakana bahwa : ” Harga pokok produksi adalah tata cara atau metode penyajian informasi biaya produk dan jasa berdasarkan informasi dari sistem akuntansi biaya dan sistem biaya ”.
Sehingga perhitungan harga pokok dilakukan dengan menjumlahkan seluruh unsur biaya produksi, sedangkan harga pokok produksi per unit ditentukan dengan membagi seluruh total biaya produksi dengan volume produksi yang dihasilkan atau yang diharapkan akan dihasilkan. Cara seperti ini yang harus digunakan apabila berhubungan dengan prinsip akuntansi, mempengaruhi baik jumlah harga pokok produk maupun cara penyajiannya dalam laporan rugi laba. Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi, terdapat dua pendekatan yaitu full costing dan variabel costing. Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik baik yang berperilaku variabel maupun tetap sedangkan variabel costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel.

1.2         Rumusan Masalah
Sebagaiamana yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana perhitungan Harga Pokok Produksi berdasarkan Metode Full     Costing dan Variable Costing?
2.      Bagaimana perhitungan Biaya Produksi berdasarkan Metode Full Costing dan Variabel Costing?
3.      Bagaimanakah perbandingan antara perhitungan Metode Full Costing dengan Metode Variabel Costing?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1         Definisi Biaya
Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang di ukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Pemahaman mengenai biaya penting sekali karena penerapan biaya yang tepat dapat digunakan untuk membantu proses perencanaan, pengendalian, dan pembuatan keputusan ekonomi. Terdapat berbagai macam pengertian atau definisi biaya, yang masing masing berbeda. Karena itu, tidak jarang terjadi perbedaan pengertian definisi dan menyadari sepenuhnya betapa penting arti biaya tersebut dalam menjalankan tujuan sehari-hari. Ketidaktepatan atau kesalahtafsiran biaya, bisa berakibat pembuatan keputusan yang kurang tepat.
Menurut Mulyadi (2007: 24) definisi biaya dibagi atas dua yaitu biaya dalam arti luas dan biaya dalam arti sempit. Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi dan kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Sedangkan dalam arti sempit, biaya diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya adalah pengorbanan sumber daya ekonomi untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat memberikan manfaat bagi perusahaan baik saat ini maupun di masa yang akan datang.
2.1.1        Penggolongan Biaya
Dalam akuntansi biaya, biaya dapat dikelompokan dalam berbagai macam cara. Umumnya klasifikasi biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan tersebut. Penggolongan biaya dapat dilakukan berdasarkan:
a)      Biaya Berdasarkan Objek Pengeluaran
Dalam cara ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya.
Contoh : Biaya yang dikeluarkan untuk bahan bakar disebut dengan biaya bahan bakar.
b)      Biaya Berdasarkan Fungsi Pokok dalam Perusahaan
Ø  Biaya Produksi
Biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual.
Ø  Biaya Pemasaran
Biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk.
Ø  Biaya Administrasi dan Umum
Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk.
c)      Biaya Berdasarkan Hubungan Biaya dengan suatu yang dibiayai
Ø  Biaya Langsung
Biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Biaya langsung ini akan lebih mudah diidentifikasi dengan sesuatu yang dibiayai.
Ø  Biaya Tidak Langsung
Biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung tidak mudah diidentifikasi dengan produk tertentu.
d)     Biaya berdasarkan perilaku biaya dalam hubungannya dengan Perubahan Volume Kegiatan
Ø  Biaya Variabel
Biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
Ø  Biaya Semi Variabel
Biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
Ø  Biaya Semifixed
Biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.
Ø  Biaya Tetap
Biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran volume kegiatan tertentu.
e)      Biaya Berdasarkan Jangka Waktu Manfaatnya
Ø  Pengeluaran Modal (capital Expenditure)
Biaya yang mempunyai manfaat lebih dari suatu periode akuntansi.
Ø  Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditure)
Biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut.
2.2         Biaya Produksi
Mulyadi (2010 : 16) menyatakan bahwa biaya produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengelolahan bahan baku menjadi produk. Biaya produksi membentuk kos produksi, yang digunakan untuk menghitung cost produk jadi dan cost produk yang pada akhir periode akuntansi masih dalam proses. Pengumpulan cost produksi sangat ditentukan oleh cara produksi. Secara garis besar, cara memproduksi produk dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu : produksi atas dasar pesanan dan produksi massa atau proses. Perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan melaksanakan pengelolahan produknya atas dasar pesanan yang diterima dari pihak luar. Contoh perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan antara lain adalah perusahaan percetakan, perusahaan mebel, perusahaan dok kapal. Perusahaan yang berproduksi berdasarkan produk massa melaksanakan pengolahan produksinya untuk memenuhi persediaan digudang. Umumnya produknya berupa produk standar. Contoh perusahaan yang berproduksi massa antara lain adalah perusahaan semen, pupuk, makanan ternak, bumbu masakan, makanan ringan dan tekstil.
Perusahaan yang berproduksi berdasar pesanan, mengumpulkan cost produksinya dengan menggunakan metode cost pesanan (job order cost method). Dalam metode ini biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan cost produksi per satuan produk yang dihasilkan untuk memenuhi pesanan tersebut dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan. Metode penentuan cost produksi adalah memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam cost produksi. Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam cost produksi, terdapat dua pendekatan yaitu full costing dan variable costing.
Mulyadi (2010 : 24) menyatakan bahwa penentuan cost produksi dipengaruhi oleh pendekatan yang digunakan untuk menentukan unsur-unsur biaya produksi yang diperhitungkan dalam cost produksi. Dalam metode full costing biaya produksi yang diperhitungkan dalam penentuan cost produksi adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik, baik yang berprilaku tetap maupun yang berprilaku variabel. Dalam metode variable costing, biaya produksi yang diperhitungkan dalam penentuan kos produksi adalah hanya terdiri dari biaya produksi variabel, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan overhead pabrik variabel.

2.3         Harga Pokok Produksi
2.3.1        Pengertian Harga Pokok Produksi
Harga pokok produksi meliputi keseluruhan bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik yang dikeluarkan untuk memproduksi barang atau jasa. Harga pokok produksi terdiri atas tiga komponen utama, yaitu :
1.      Bahan baku langsung yang meliputi : biaya pembelian bahan, potongan pembelian, biaya angkut pembelian, biaya penyimpanan, dan lain-lain.
2.      Tenaga kerja langsung yang meliputi semua biaya upah karyawan yang terlibat secara langsung dalam proses pembuatan bahan baku menjadi barang jadi atau barang yang siap dijual.
3.      Biaya overhead pabrik meliputi semua biaya-biaya diluar dari biaya perolehan biaya bahan baku langsung dan upah langsung.
Mulyadi (2010:17) menyatakan bahwa metode penentuan harga pokok produksi adalah cara perhitungan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi. Dalam memperhitungkan unur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi terdapat dua pendekatan yaitu full costing dan variabel costing. Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang yang berperilaku variabel maupun tetap, dengan demikian harga pokok produksi menurut full costing terdiri dari unsur biaya produksi.
Mulyadi ( 2010 : 18 ) menyatakan bahwa variabel costing adalah merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku varaibel ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel.
Harga pokok produksi berfungsi sebagai dasar dalam menentukan harga jual. Untuk menetapkan harga jual, penting bagi perusahaan untuk mengetahui besarnya biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi barang yang akan dijual. Biaya tersebut sering disebut sebagai harga pokok produksi.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa harga pokok produksi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu barang atau jasa. Harga pokok memiliki fungsi sebagai berikut:
1.      Harga pokok sebagai penetapan harga jual.
Harga pokok merupakan hal penting yang perlu diketahui oleh perusahaan karena harga pokok dapat memberikan pengaruh terhadap penentuan harga jual produk tertentu.
2.      Harga pokok sebagai dasar penetapan laba.
Apabila perusahaan telah membuat perhitungan harga pokok maka perusahaan dapat menetapkan laba yang diharapkan yang akan mempengaruhi tingkat harga jual suatu produk tertentu.
3.      Harga pokok sebagai dasar penilaian efisiensi.
Harga pokok dapat dijadikan dasar untuk mengontrol pemakaian bahan, upah dan biaya produksi tidak langsung. Hal ini dapat dilakukan dengan menetapkan harga pokok standar terlebih dahulu dan kemudian membandingkan dengan harga pokok yang aktual atau yang sebenarnya terjadi. Apakah terdapat selisih antara perhitungan kedua harga pokok tersebut, apabila ada selisih negatif berarti proses produksi yang dilaksanakan belum efisien dan perusahaan perlu menngetahui penyebab terjadinya selisih tersebut,  sehingga  dapat  diambil  tindakan  koreksi  untuk  memperbaiki  kesalahan tersebut sedangkan bila ada selisih positif maka perlu ditelusuri terlebih lanjut atas selisih tersebut apakah karena perusahaan telah menjalankan proses produksi secara efisien atau perhitungan harga pokok  standar yang kurang tepat.
4.      Harga pokok sebagai dasar pengambilan berbagai keputusan manajemen. Harga pokok merupakan suatu pedoman penting sekaligus sebagai suatu dasar untuk pengambilan keputusan khusus perusahaan, misalnya:
a.       Menetapkan perubahan harga penjualan.
b.      Menetapkan penyesuaian proses produksi.
c.       Menetapkan strategi persaingan di pasaran luas.
d.      Merencanakan ekspansi perusahaan.
e.       Pengambilan  keputusan-keputusan  khusus  manajemen,  seperti  apakah  akan membeli atau membuat sendiri suatu suku cadang, apakah menerima suatu pesanan khusus dengan harga khusus atau tidak.
2.3.2        Unsur-Unsur Harga Pokok Produksi
Menurut beberapa ahli terdapat 3(tiga) unsur-unsur harga pokok produksi. Mengacu pada pendapat Rayburn (1999), unsur-unsur harga pokok produksi terdiri dari:
1)      Bahan Langsung (Direct Material)
Adalah setiap bahan baku yang menjadi bagian yang tak terpisahkan dari produk jadi. Sebagai contoh, dalam membuat pakaian pria, kain merupakan bahan langsung.
2)      Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost)
Adalah upah yang diperoleh pekerja yang mengubah bahan dari keadaan mentah menjadi produk jadi. Sebagai contoh, upah yang dibayarkan kepada pekerja pabrik pakaian yang memotong kain dan menjahit hasil potongan tersebut adalah biaya tenaga kerja langsung.
3)      Overhead Pabrik
Terkadang biaya ini disebut sebagai overhead produksi (manufacturing overhead) atau  beban  pabrik (factory  burden).  Overhead  pabrik  mencakup  semua  biaya produksi selain bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Penekanannya disini adalah pada istilah biaya produksi. Sebagai contoh, upah pengendali persediaan adalah overhead pabrik. Namun, gaji seorang tugas penjualan merupakan beban pemasaran. Contoh-contoh overhead pabrik terdiri dari:
a.       Bahan tidak langsung (indirect materials), yaitu perlengkapan operasi, reparasi, dan kebersihan yang digunakan dalam pabrik. Bahan tidak langsung bisa juga termasuk jenis-jenis biaya bahan yang kecil dan tidak signifikan di mana biaya bahan itu relatif kecil dibandingkan dengan semua biaya bahan baku lainnya, seperti benang yang digunakan dalam menjahit pakaian.
b.      Biaya tenaga kerja  tidak langsung (indirect labor), yaitu pengawas pabrik dan pekerja terlatih lainnya serta tidak terlatih lainnya, seperti pesuruh, petugas reparasi, dan pengawas yang secara nyata tidak mengerjakan produk dan hasil usaha mereka tidak mudah ditelusuri ke produk jadi.
c.       Biaya lainnya diluar biaya bahan tidak langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung, seperti, biaya sewa, pajak, asuransi, penyusutan atas fasilitas pabrik dan tenaga listrik yang digunakan dalam fasilitas pabrik.
2.3.3        Metode Penentuan Harga Pokok Produksi
Menurut Mulyadi (2007: 18) metode penentuan harga pokok produk adalah menghitung semua unsur biaya kerja dalam harga pokok produksi. Ada dua jenis utama dalam membebankan biaya ke produk. Kedua jenis tersebut adalah:
1.      Metode penentuan Harga Pokok Pesanan (Job Order Costing)
Supriyono (1987: 217) menyebutkan metode harga pokok pesanan adalah metode pengumpulan Harga Pokok Produksi yang biayanya dikumpulkan untuk setiap pesanan atau kontrak atau jasa secara terpisah, dan setiap pesanan atau kontrak dapat dipisahkan identitasnya. Proses produksi akan dimulai setelah ada pesanan dari langganan melalui dokumen pesanan penjualan yang memuat jenis dan jumlah produk yang dipesan, spesifikasi pesanan, tanggal pesanan diterima dan harus diserahkan. Pesanan penjualan merupakan dasar kegiatan produksi perusahaan. Pada metode ini, yang menjadi obyek biaya (Cost Object) adalah unit produk individual, batch, atau kelompok produk dalam satu job.

2.      Metode penentuan Harga Pokok Proses
Supriyono (1987: 217) menyebutkan metode harga pokok proses adalah metode pengumpulan Harga Pokok Produksi yang biayanya dikumpulkan untuk setiap satuan waktu tertentu. Pada metode ini perusahaan menghasilkan produk yang homogen dan jenis produk bersifat standar. Ada dua metode yang umum di gunakan yaitu metode weighted average cost dan metode First In First Out (FIFO).
Ketidaktepatan dalam perhitungan Harga Pokok Produksi membawa dampak yang merugikan bagi perusahaan, karena Harga Pokok Produksi berfungsi sebagai dasar untuk menetapkan harga jual dan laba, sebagai alat untuk mengukur efisiensi pelaksanaan proses produksi serta sebagai dasar untuk pengambilan keputusan bagi manajemen perusahaan.
Dalam menghitung unsur-unsur biaya pada harga pokok produksi terdapat beberapa pendekatan yaitu metode full costing dan variable costing. Mulyadi (1990 : 377) menyatakan “metode full costing maupun variable costing merupakan metode penentuan harga pokok produk”.  Perbedaan pokok yang ada diantara kedua metode tersebut adalah terletak pada perlakuan terhadap biaya produksi yang berperilaku tetap.
Penentuan harga pokok adalah bagaimana memperhitungkan biaya kepada suatu produk atau pesanan atau jasa, yang dapat dilakukan dengan cara memasukan seluruh biaya produksi atau hanya memasukan unsur biaya produksi variabel saja. Mengacu pada pendapat Bastian dan Nurlela (2006), terdapat dua metode dalam penentuan biaya tersebut yaitu:

a.       Metode Full Costing
Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang menghitung semua unsur biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Harga pokok produksi menurut metode full costing terdiri dari unsur-unsur biaya produksi sebagai berikut:

Persediaan awal                                                                   xxx
Biaya bahan baku                                      xxx
Biaya tenaga kerja langsung                       xxx
Biaya overhead pabrik variabel                 xxx
Biaya overhead pabrik tetap                      xxx +
Total biaya produksi                                                           xxx
Persediaan akhir                                                                 (xxx)
Harga pokok produksi                                                        xxx

Dalam metode full costing, overhead pabrik, baik yang berperilaku tetap maupun variabel, dibebankan kepada produk yang diproduksi atas dasar tarif yang telah ditentukan pada kapasitas normal atau atas dasar overhead pabrik sesungguhnya. Oleh karena itu, overhead pabrik tetap akan melekat pada harga pokok persediaan produk dalam proses dan persediaan produk jadi yang belum laku dijual dan baru dianggap sebagai biaya ( unsur harga pokok penjualan) apabila produk jadi tersebut telah terjual.
b.      Metode Variable Costing
Variabel costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya menghitung biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel. Metode variabel costing terdiri dari unsur-unsur biaya produksi sebagai berikut:





Persediaan awal                                                                      xxx
Biaya bahan baku                               xxx
Biaya tenaga kerja langsung                xxx
Biaya overhead pabrik variabel          xxx +
Total biaya produksi                                                               xxx
Persediaan akhir                                                                    (xxx)
Harga pokok produksi                                                           xxx

Dalam metode variabel, overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai period costs dan bukan sebagai unsur harga pokok produk, sehingga overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya. Dengan demikian overhead pabrik tetap didalam metode variable costing tidak melekat pada persediaan produk yang belum laku dijual, tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1         Perhitungan Harga Pokok Produksi
Dari pembahasan jurnal Sitty R. Lasena (ISSN 2303-1174), Setiap harinya perusahaan mengolah  kurang lebih 70.000 butir kelapa yang dibeli dari pemasok dengan harga Rp 900/butir.
a)      Laporan Harga Pokok Produksi dengan metode Full Costing
Full Costing

Bahan Langsung                        Rp  18.346.680.000
Tenaga Kerja Langsung                      1.685.053.600
Overhead Pabrik Variabel                   1.588.535.000 +
Total Biaya Produksi Variabel    Rp  21.620.268.600
Overhead Pabrik tetap                            46.094.000 +
Harga Pokok Produksi               Rp  21.666.362.600


b)      Penentuan Harga Pokok Produksi dengan menggunakan Variabel Costing pada PT. Dimembe Nyiur Agripro


Variable Costing

Bahan Langsung                                Rp  18.346.680.000
Tenaga Kerja Langsung                              1.685.053.600
Overhead Pabrik Variabel                            1.588.535.000 +
Total Harga Pokok Produksi Variabel   Rp  21.620.268.600




c)    Harga Pokok Produksi yang dihitung Berdasarkan Metode Full Costing dan Variabel Costing

Keterangan
Full Costing
Variabel Costing
Biaya Bahan Langsung
Rp.18.346.680.000
Rp. 18.346.680.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung
1.685.053.600
1.685.053.600
BOP Variabel
1.588.535.000
1.588.535.000
Total HPP Variabel
Rp. 21.620.268.600
Rp. 21.620.268.600
Biaya Overhead Pabrik Tetap
46.094.000

Harga Pokok Produksi
Rp. 21.666.362.600

Sumber: Analisis Penulis
Dari data tabel di atas terdapat selisih perhitungan metode full costing sebesar Rp. 46.094.000,- dengan metode variabel costing. Pada metode full costing dihitung terkait biaya-biaya variabel maupun biaya tetap, sedangkan pada metode variabel costing hanya menggunakan biaya variabel saja.
3.2         Perhitungan Biaya Produksi
Dari hasil pembahasan jurnal Christy Oentoe (ISSN 2303-1174 ) dalam penelitiannya di Perusahaan Roti Jordan, “terdapat adanya pesanan khusus yang diterima perusahaan”. Maka penggolongan biaya atas dasar perilaku-perilaku biaya yang ada didalam perusahaan selayaknya harus digunakan. Biaya-biaya yang ada didalam perusahaan Roti Jordan terbagi atas tiga golongan besar, yaitu :
a.       Bahan Langsung
Biaya bahan langsung untuk memproduksi roti tidak begitu banyak macam dan biaya-biaya tersebut terdiri atas: tepung, gula, coklat, telur, mentega dan ragi. Berikut ini adalah harga dan pemakaian bahan baku dalam satu bulan Perusahaan Roti Jordan :
                                           

Bahan Baku
Harga
Total perbulan
Total (dalam rupiah)

Tepung
152.000/25kg
1500 sak
197.600.000

Gula
615.000/50kg
210 sak
129.150.000

Coklat
544.000/20kg
563 dos
306.272.000

Telur
30.000/30btr
500 baki
15.000.000

Mentega
185.000/15kg
300 dos
55.500.000

Ragi
1.300/bungkus
6500 bungkus
8.450.000

Total


711.972.000


b.      Biaya tenaga kerja langsung
Menurut Perusahaan Roti Jordan dalam penelitian Christy Oentoe (2013), upah langsung adalah jumlah keseluruhan upah yang dibayarkan kepada karyawan yang bekerja dibagian produksi mulai dari pengolahan bahan baku sampai menjadi barang jadi. Besarnya tarif upah ditentukan menurut kebijakan perusahaan.
Dan perusahaan mengambil kebijakan untuk memberikan upah pada karyawan Rp 50.000/hari.
Jumlah tenaga kerja = 60 orang
Status karyawan = karyawan tetap 8 orang dan kontrak 52 orang
Pada perusahaan roti Jordan terdapat 60 orang tenaga kerja, dan 45 orang diantaranya merupakan tenaga kerja langsung. Sedangkan upah untuk tenaga kerja langsung ini dihitung tiap harinya, dan upah perhari tenaga kerja langsung sebesar Rp 50.000 per orang. Untuk itu biaya tenaga upah perbulan adalah :
Upah perhari  x  jumlah hari kerja dalam sebulan
Rp 50.000 x 26 hari                     = Rp 1.300.000
Jadi, untuk biaya tenaga kerja langsung perbulannya adalah :
45 orang  x Rp 1.300.000            = Rp 58.500.000

Upah perbulan 15 orang tenaga kerja tidak langsung sebagai berikut :
Manajer                            : Rp 3.500.000
Kabag                               : Rp 2.500.000 x 5 orang        = Rp 12.500.000
Karyawan                         : Rp 50.000/hari
  Rp 50.000 x 26 hari              = Rp 1.300.000
  Rp 1.300.000 x 8 karyawan  = Rp 10.400.000
Jadi upah tenaga kerja tidak langsung selama satu bulan adalah :
Upah Manajer + Upah Kabag + Upah Karyawan
Rp 3.500.000 + Rp 12.500.000 + Rp 10.400.000           = Rp 26.400.000
c.       Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik yang ada pada Perusahaan Roti Jordan adalah biaya-biaya bahan pembantu seperti kantong pembungkus roti (paper pack), plastik pembungkus, biaya listrik, telepon, bahan bakar, air, perlengkapan pabrik, pemeliharaan pabrik.
Biaya Overhead Pabrik
Tetap
Variabel
Total
Bahan tidak langsung

2.900.700
2.900.700
Upah tenaga kerja tidak langsung
26.400.000

26.400.000
Perlengkapan pabrik
20.833.333

20.833.333
Listrik

3.763.500
3.763.500
Bahan bakar

8.104.000
8.104.000
Air

420.000
420.000
Telepon

605.000
605.000
Penyusutan/perbaikan mesin
107.083,3

107.083,3
Asuransi
2.411.500

2.411.500
Total
49.751.916
15.793.200
65.545.116
Sumber : Data Perusahaan
Jadi, Biaya overhead pabrik dalam satu bulan produksi adalah Rp  65.545.116

3.2.1        Perhitungan Biaya Produksi Berdasarkan Pendekatan Full Costing
Full costing merupakan metode penentuan Biaya produksi yang menghitung semua unsur biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Pada perusahaan roti Jordan, perusahaan menggunakan perhitungan biaya produksi yang terperinci. Dalam hal ini perusahaan membebankan semua unsur biaya produksi dengan berdasarkan biaya yang terjadi sesungguhnya.
Berikut ini adalah penentuan Biaya Produksi berdasarkan perhitungan metode full costing :

Perhitungan Berdasarkan Metode Full Costing
Biaya Bahan Langsung                                             Rp  711.972.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung                                  Rp    58.500.000
Biaya Overhead Pabrik Variabel                              Rp    15.793.200
Biaya Overhead Pabrik tetap                                    Rp  49.751.916
Total Biaya Produksi                                                Rp  836.017,116


3.2.2        Perhitungan Biaya Produksi Berdasarkan Pendekatan Variable Costing
Dalam menentukan biaya produksi yang ada dalam perusahaan Roti Jordan hanya membebankan unsur-unsur biaya produksi yang bersifat variabel saja. Adapun unsur-unsur biaya variabel itu adalah biaya bahan langsung, biaya upah langsung, dan biaya overhead variabel. Pemebebanan biaya produksi tersebut dilakukan berdasarkan biaya historis atau biaya yang sesungguhnya terjadi.
Berdasarkan teori yang ada, baiaya variabel pabrik sebaiknya dibebankan berdasarkan tarif biaya overhead yang telah ada, karena tidak mungkin mengukur biaya overhead variabel dengan tepat yang harus di bebankan terhadap suatu produk. Selain itu, dengan menggunakan tarif biaya overhead yang telah ada, maka dapat disusun standar dan anggaran biaya untuk keperluan pengawasan dan efisiensi kerja.
Pengalokasian biaya overhead menurut teori yang ada. Dari hasil analisa yang telah dilakukan maka berikut ini penulis akan membandingkan antara perhitungan biaya produksi full costing diatas dengan menggunakan metode variable costing.

Perhitungan Berdasarkan Metode Variable Costing


Biaya Bahan Langsung                                              Rp  711.972.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung                                   Rp    58.500.000
Biaya Overhead Pabrik Variabel                               Rp    15.793.200
Total Biaya Produksi Variabel                                   Rp 786.265.200

3.2.3        Perbandingan Biaya Produksi Berdasarkan Metode Full Costing dan Metode Variabel Costing
Keterangan
Full Costing
Variable costing
Bahan langsung
711.972.000
711.972.000
Tenaga kerja langsung
58.500.000
58.500.000
Overhead Pabrik Variabel
15.793.200
15.793.200
Overhead Pabrik Tetap
49.751.916

Total
836.017.116
786.265.200
Berdasarkan Perhitungan diatas didapatkan hasil perbandingan yang berbeda antara perhitungan berdasarkan metode full costing dengan variabel costing. Perhitungan dengan menggunakan full costing di dapatkan hasil per bulannya sebesar Rp. 836.017.116 sedangkan menggunakan perhitungan variable costing di dapatkan hasil per bulannya Rp.786.265.200 .


BAB IV
KESIMPULAN
4.1         Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari perbandingan jurnal diatas “ antara perhitungan Harga Pokok Produksi dan Biaya Produksi menggunakan metode full costing dan variable costing ” maka penyusun dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1.      Berdasarkan perhitungan dari pembahasan jurnal Sitty R. Lasena terdapat selisih perhitungan metode full costing sebesar Rp. 46.094.000,- dengan metode variabel costing.
2.      Berdasarkan perhitungan metode variable costing yang telah dibuat oleh Christy Oentoe, didapatkan hasil yang berbeda dengan perhitungan menggunakan metode full costing. Dari perhitungan dengan pendekatan variable costing diperoleh total biaya produksi sebesar Rp 786.265.200 lebih rendah dibandingkan perhitungan yang menggunakan pendekatan full costing, yaitu sebesar Rp 836.017.116.
3.      Dari hasil pembahsan diatas perbedaan utama antara perhitungan full costing dengan perhitungan variable costing yaitu terletak pada perlakuan biaya overhead pabrik. Perhitungan berdasarkan pendekatan full costing menggunakan perhitungan biaya overhead pabrik tetap dan variable sedangkan metode variable costing hanya menghitung biaya overhead variabel saja.
4.      Dari perbandingan diatas, maka perusahaan sebaiknya memilih menggunakan perhitungan berdasarkan metode variable costing, karena dalam metode variable costing ini yang dihitung hanya semua biaya yang berkaitan dalam proses produksi, sedangkan dalam perhitungan metode full costing semua biaya dihitung.
Share this post :

+ komentar + 2 komentar

27 Januari 2019 pukul 17.14

Bermanfaat sekali, trimakasih

7 Desember 2019 pukul 13.24

Saya ingin berbagi kesaksian tentang bagaimana layanan pendanaan Le_Meridian membantu saya dengan pinjaman 2.000.000,00 USD untuk membiayai proyek pertanian ganja saya, saya sangat berterima kasih dan saya berjanji untuk membagikan perusahaan pendanaan yang sah ini kepada siapa pun yang mencari cara untuk memperluas bisnisnya project.the company adalah perusahaan pendanaan UK / USA. Siapa pun yang mencari dukungan keuangan harus menghubungi mereka di lfdsloans@outlook.com Atau lfdsloans@lemeridianfds.com Bpk. Benjamin juga menggunakan whatsapp 1-989-394-3740 untuk mempermudah segala pemohon.

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. Joice Banget - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger